Berlama-lama menonton TV iklan
ini pun akhirnya muncul berkali-kali. Dan saya pun mulai berpikir ada hal yang
sangat tidak sesuai antara iklan tersebut dengan pikiran saya.
Mungkin sangat subyektif, tapi
yang saya pahami dari iklan tersebut adalah sebuah bentuk protes dari seorang
anak muda akan ajaran-ajaran tradisional yang berkembang di Indonesia dan
menuntut kebebasan yang sepenuhnya. Misalnya, bahwa ajaran untuk pulang dibawah
jam 10 malam atau memakai rok panjang bagi wanita. Anak muda itu nampak sangat
tertekan dan seolah ingin mengatakan bahwa setiap manusia membutuhkan kebebesan,
sebuah kebebasan yang nyata. Iklan ini ditutup dengan kalimat “bebas itu
nyata.”
Walaupun belum pernah menonton
langsung iklan-iklan di olimpiade Atlanta (USA) 1996 saya pikir iklan-iklan di
olimpiade ini mengusung tema yang sangat mirip dengan iklan 3 ini. Jika 3
dengan slogan bebas itu nyata maka iklan olimpiade Atanta sangat ramai dengan
slogan “no limit.” Iklan-iklan di olimpiade ini diisi dengan berbagai produk
olahraga dan makanan serta minuman olahraga yang ketika dikonsumsi manusia
dapat menjadi manusia yang hebat dan memiliki kemampuan tanpa batas.
Menurut saya, iklan 3 secara
langsung maupun tidak langsung ingin menanamkan budaya kebebasan kepada
masyarakat. Saya memang sepakat dengan kebebasan asalkan kebebasan yang
proporsional, kebebasan yang memang sudah selayaknya kita bebas pada kondisi
tersebut. Kita bebas menyampaikan pendapat, bebas memilih dan dipilih dsb.
Akantetapi, iklan 3 ini berusaha
menyampaikan bahwa kebebasan tersebut berangkat dari penolakan akan kepercayaan
tradisional masyarakat Indonesia. Ini bukan persoalan kebebasan tapi budaya
kebebasan. Sebuah kehidupan bebas yang batasnya adalah kebebasan orang lain.
Apapun yang anda lakukan selama tidak
menganggu kebebasan orang lain tidak menjadi masalah.
Kebebasan seperti ini berakar dari
semangat individualisme. Dan saya pikir ini sangat relevan apa yang diungkapkan
Francis Fukuyama sebagai Great disruption (Kekacauan Besar). Kehidupan di era
sekarang ini dikatakan kacau karena telah keluar dari jalurnya. Perempuan tidak
lagi menjadi ibu rumah tangga, satu dari tiga anak di Amerika yang dilahirkan
merupakan kelahiran di luar nikah,
lunturnya hubungan kekerabatan dsb digambarkan Fukuyama sebagai kekacauan
besar. Pada akhirnya semua itu akan berujuang pada rusaknya social capital.
Social capital adalah nilai atau norma yang dianut oleh anggota kelompok yang
memungkinkan terjadinya kerja sama diantara mereka.
Kata Soekarno, jika pancasila
harus diperas menjadi satu sila saja maka gotong royong adalah jawabannya. Rasa
kekerabatan dan kebersamaan merupakan social capital masyarakat Indonesia. Di
Era sekarang ini social capital tersebut nampaknya semakin direduksi dan media
massa tentu saja memegang peranan yang sangat penting.
Media massa mampu “memaksa” kita
untuk menggunakan pakaian dengan merek terkenal agar mendapatkan identitas
tertentu. Rokok yang jelas adalah racun dapat dicitrakan sebagai sesuatu yang
keren dan modern. Media memberikan tanda
atau identitas tertentu kepada suatu produk dan membuat kita mengkonsumsi
tanda/identitas tersebut bukan mengkonsumsi substansi dari produk.
Sengaja ataupun tidak sengaja,
iklan 3 ini memberikan tanda gaya hidup “genarasi muda modern” dengan identitas
“bebas itu nyata.” Jelas budaya kebebasan kontradiksi dengan social capital
kita yaitu gotong royong. Ini adalah sebuah bentuk hegemoni budaya barat.
*tidak ada maksud untuk
menyudutkan provider 3, tulisan ini hanya sebuah ungkapan kontradiksi antara
pikiran dan realitas.
http://www.youtube.com/watch?v=ART27_3nt30
Kebebasan itu omong kosong
Katanya aku bebas berekspresi tapi harus memakai rok dibawah
lutut
hidup ini singkat, mumpung masih muda nikmati sepuasnya,
asaal pulang jangan lewat jam 10 malam
Katanya urusan jodoh ada ditanganku asalkan sesuku kalo bisa
kaya pendidikan tinggi dari keluarga baik-baik
Katanya zaman sekarang pilihan itu ngga ada batasnya selama
mengikuti pilihan yang ada
Always on
Bebas itu nyata
http://www.youtube.com/watch?v=rY_culmjx7s
Kebebasan itu omong kosong
Katanya jadi laki aki itu jangan pernah takut gagal tapi
juga jangan bodoh mengambil resiko
Katanya jaman sekarang pilihan itu ngga ada batasnya selama
me ngikuti pilihan yang adea
Always on
nice share mas....
BalasHapusmenurut saya mah ni iklan memang isinya mewakili sebagian isi pikiran anak muda jaman sekarang...
tapi dengan pembahasan yang terbatas (mungkin karena durasi) jadinya bisa menimbulkan pikiran yang kurang baik....
maunya segala hal itu bebas....
tapi kalau segala hal dibebaskan apa yang akan terjadi! maaf kalau MUNGKIN saya lebay....
tapi menurut sudut pandang saya, kata2 diiklan tersebut (seperti suara "dehem") merupakan bentuk protes bahkan terkesan meremehkan aturan dan etika yang berlaku dinegara kita.
singkatnya bila iklan ini berhasil menyebarkan pahamnya maka akan merusak generasi muda kita.
seperti hal yang menyinggung "rok dibawah lutut", seolah mengatakan bahwa memakai rok dibawah lutut itu seakan jadul, kolot bahkan salah.
dan kesimpulan saya iklan ini tidak cocok dinegara kita. dan kata2 yang saya pilih untuk iklan ini adalah "mengajak kita memasuki era biadab".
moga keresahan saya dapat mewakili pikiran para pemirsa.... salam
iklan penuh dengan brainwash budaya liberal
BalasHapusHalo Mas Rais :)