Jumat, 27 Juli 2012

Filsafat Akhlak


Definisi Akhlak
Akhlak adalah kata yang sangat sering kita dengarkan sehari. Penggunaannya sudah sangat lazim dan secara sepintas sangat mudah untuk mendefinisikannya. Dalam penggunaan sehari-hari akhlak sangat sering dimaknai sebagai perbuatan baik. Saat ini, penulis akan mencoba mengkaji makna akhlah secara lebih dalam.
Pembahasan pertama kita akan mengkaji gagasan Bertran Russel. Russel adalah seorang materialis sehingga dia menganggap bahwa manusia tidak lebih dari benda yang hidup dan memiliki akal. Baginya cinta, kasih saying dan roh hanya kebohongan belaka.menurutnya, manusia tidak bisa memahami keindahan dan keburukan. Baginya yang ada hanya lah naluri fisik. Jadi yang menjadikan motif manusia untuk melakukan sesuatu adalah kepentingan/keuntungan. Lebih jauh lagi, Russel menganggap bahwa seseorang yang memiliki tingkat akhlak yang tinggi adalah orang yang mampu memperhitungkan reaksi dari tindakan yang dia lakukan.
Misalnya, seseorang yang memberikan pertolongan dengan orang lain. Orang tersebut telah mempertimbangkan bahwa jika dia menolong orang lain, maka reaksi orang lain adalah memberinya hadiah. Itulah akhlak yang baik. Lalu bagaimana dengan akhlak yang buruk?akhlak yang buruk misalnya adalah seseorang yang melempari batu orang lain, karena reaksi yang ditimbulkan adalah pastilah orang tersebut akan membalas dengan lemparan batu pula. Oleh karena itu, menurut Russel jangan lah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain karena akan memberikan reaksi yang merugikan diri kita sendiri.
Gagagasan Russel ini nampaknya sangat relevan dengan kehidupan modern sekarang. Dimana rasa ikhlas, kasih sayang dan cinta sudah luntur. Melihat gagasan Russel itu pula, tentu sangat kontradiktif dengan ajaran islam. kita pun dapat mengkritik pemikiran Russel. Misalnya dengan mempertanyakan apakah penzaliman yang dilakukan seorang raja kepada rakyat miskin adalah akhlak yang baik?karena penzaliman yang dilakukan oleh raja kepada rakyat miskin tidak akan mungkin melahirkan reaksi negative dari rakyat miskin tersebut. Barangkali, semua orang telah sepakat bahwa penzaliman adalah akhlak yang sangat buruk. Tetapi, jika kita berangkat dari ajaran Russeln tentu saja penzaliman dapat dianggap akhlak yang baik.
Kemudian Plato, seorang filsuf Yunani yang sangat terkenal mengidentikkan akhlak dengan keindahan. Untuk mencapai keindahan tersebut maka kita harus mendidik potensi kita secara seimbang. Jangan melakukan sesuatu terlalu baik dan jangan pula terlalu buruk. Lain pula dengan ajaran Immanuel Kant. Walaupun Kant dan Plato mengaggap bahwa potensi manusia telah ada secara fitrawi, akantetapi Kant menganggap bahwa tolak ukur akhlak yang baik adalah intuisi fitrawi. Jadi setiap manusia telah memiliki intuisi masing-masing. Misalnya, perasaan sedih ketika melihat orang lain menderita, dorongan untuk berkata jujur dll. Gagasan ini sebenarnya mirip dengan apa yang telah disampaikan noleh Alqur’an : Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Dia ilhamkan kepada jiwa itu kebaikan dan keburukan (Q.S. 91:8).
Ketika ayat berikut turun : saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.” Datanglah seorang lelaki bernama Wabishah. Ketika wabisha dating, Rasulullah pun berkata “wahai Wabishah, perkenalkan aku untuk menebak apa yang ingin kamu tanyakan kepadaku. Kamu ingin menanyakan tentang kebaikan dan dosa?. “benar, wahai Rasul” jawab Wabishah. Rasulullah pun meletakkan tangannya ke dada wabishah seraya berkata tanyakanlah pada hatimu. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa kebaikan dan dosa telah melekat pada tubuh manusia masing-masing dan kita pun telah diberikan akal untuk menimbang perbuatan mana yang dan yang buruk.
Kemudian kita akan membahas mengenai ajaran Hindu terkait dengan akhlak. Mahatma Gandi menekankan bahwa inti dari akhlak yang baik adalah mencintai orang lain. Misalnya atas dasar cinta maka kita harus peduli dengan orang lain.akantetapi, hal ini menimbulkan kritik dari Muntada Muntahari. Yang pertama tentu saja mengenai mengapa hanya cinta pada orang lain yang merupakan akhlak yang baik? Bukankah ada seorang lelaki yang memberikan air pada anjing yang kehausan dijamin masuk surga oleh Rasulullah? Cinta tidak hanya dibatasi kepada sesame manusia tetapi juga dengan makhluk lainnya. Kedua adalah tidak semua akhlak baik itu adalah cinta. Misalnya saja seseorang yang dengan gagah berani mempertahankan diri dan hartanya dari serangan musuh. Ini bukan didasarkan cinta dengan orang lain tapi apakah ini tidak termasuk akhlak yang baik?
Terakhir kita akan membahas gagasan Muntada Muntahari yang berkaitan dengan akhlak. Muntahari dalam bukunya falsafah akhlak mengemukakan gagasannya dengan sangat panjang mengenai akhlak serta memberikan banyak contoh. Akar berpikirnya tentu saja dari gagasan Islam.
Pertama kita harus membedakan dahulu antara perbuatan akhlaki dan perbuatan alami, karena ada beberapa perbuatan alami yang dianggap sebagai perbuatan akhlaki. Misalnya saja, ketika seorang ibu yang sangat mencintai anaknya sehingga ibu tersebut merawat dan memelihara anaknya. Perbuatan ini bukanlah perbuatan akhlaki tetapi perbuatan akhlaki. Seorang induk kucing pun akan sangat menyayangi anak-anaknya. Sesuai kritikannya terhadap ajaran Hindu, Muntahari pun menekankan pada perbuatan akhlaki tidak hanya disandarkan pada perasaan mencintai orang lain atau melakukan sesuatu untuk membahagiakan orang lain. Karena kesabaran dan istiqamah dilakukan tidak disadasarkan atas kedua hal tersebut. Jadi, dari kedua premis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbuatan akhlaki adalah perbuatan yang tidak secara alami ada pada diri manusia dan dilakukan atas dasar usaha. Misalnya jika seseorang menerima bantuan dari orang lain. Dengan usaha yang keras orang tersebut berusaha membalas kebaikan orang yang telah memberikannya bantuannya. Begitu pula dengan kesabaran. Tidak semua makhluk di dunia ini dianugrahkan dengan kesabaran. Dengan usaha yang keras, seseorang akan melaksanakan kesabaran. Kira-kira seperti itulah gagasan Muntahari mengenai akhlak.
Setelah selesai membahas mengenai definisi akhlak maka akan timbul pertanyaan mengapa manusia membutuhkan akhlak? Manusia adalah makhluk paradox. Manusia adalah makhluk yang terbaik, lebih baik dari semua jenis makhluk yang ada dibumi, tetapi juga sekaligus manusia adalah makhluk yang lemah dan serba kekurangan. Oleh karena itu, manusia dianugrahkan akal sebagai potensi untuk menentukan suatu perbuatan baik. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah : “aku diutus untuk menyempurnakan akhlak luhur.”

C.2 Metode Penanaman Akhlak
Ada dua metode untuk menanamkan akhlak pada diri manusia. Yang pertama adalah dengan jalan doktrinasi. Dengan melakukan doktrinasi maka manusia akan tetap jalan dijalan yang benar. Misalnya saja seorang tentara yang telah didoktrin akan kecintaannya pada Negara. Dengan segenap kemampuan yang dimilikinya, tentara harus berjuang membela tanah air dan harus rela mengorbankan apapun demi Negara. Metode doktrinasi ini banyak dilakukan pada masa ini, karena relative lebih praktis.
Akantetapi, metode ini bersifat sementara dan tidak kuat. Misalnya saja, jika ada orang yang menanyakan kepada tentara tersebut untuk apa dia mengorbankan jiwa dan raganya kepada tanah air?  Mengapa harus anda yang melakukan pengorbanan yang begitu besar tersebut?  Pertanyaan-pertanyaan kritis akan dapat mendobrak doktrin-doktrin tersebut.
Metode kedua adalah dengan mengajarkan akhlak yang baik dengan didasarkan pada logika-logika yang benar. Jika seorang tentara telah diajarkan dengan alasan yang logis mengenai mengapa dia harus membela negaranya tentu saja maka tentu saja keyakinan tersebut tidak akan tergoyahkan. Karena jika telah memiliki alas an yang logis maka tentara tersebut akan dapat menjawab apapun pertanyaan yang dapat menggoyahkan keyakinannya.
Jika melihat realitas sekarang, menurut penulis, kedua metode tersebut harus direalisasikan secara proporsional. Misalnya, pemahaman akan alasan logis tidak mungkin dilakukan pada anak-anak. Anak-anak hanya bisa dilakukan doktrinasi. Yang kedua adalah di Bumi Indonesia ini, tidak ada lagi yang tidak mengetahui alasan mengapa korupsi tidak boleh dilakukan. Semua orang sudah tahu bahwa secara logis korupsi itu menyengsarakan baik bagi rakyat dan bagi pelakunya. Tapi nyatanya tingkat korupsi di negeri ini tetap juga sangat tinggi. Oleh karena itu, metode doktrinasi nampaknya masih relevan untuk kita gunakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian