Jumat, 27 Juli 2012

Pemimpin!!!


Dari berbagai teori tersebut dapat kita menarik benang merah bahwa pemimpin besar adalah seseorang yang memiliki karakter yang pas dengan zamannya. Kita dapat melihat bahwa Soekarno selalu dikatakan sebagai pemimpin besar Bangsa karena Soekarno memiliki karakter berani, orator dan cerdas dalam mensintesiskan gagasan. Saat itu, kondisi Indonesia berada pada tingkat dengan mental yang lemah. Berkat kemampuan orasi dari Soekarno, beliau mampu membangkitkan mental tersebut. Dengan keberaniannya, Belanda dapat diusir dari Indonesia, dan berkat kecerdasannya dalam mensintesiskan berbagai gagasan maka lahirlah pancasila yang merupakan ideology Bangsa Indonesia.
Begitu Pula Rasulullah SAW. Ditengah permintaan Ummat agar Rasulullah menunjukkan mukjizat ajaibnya (seperti Nabi Musa as yang mampu membelah lautan, atau nabi Ibrahim yang tidak dibakar oleh api), justru Rasulullah menunjukkan kelebihannya dengan kecerdasannya mengolah kata. Pada masa itu, syair-syair di Jazirah Arab berkembang dengan pesat dan Rasulullah menunjukkan Alqur’an sebagai syair terindah di Bumi. Selain itu Rasulullah dapat menunjukkan bagaimana karakter jendral (pemimpin perang), presiden (kepala pemerintahan), ayah (kepala rumah tangga) dan Rasul (pemimpin spiritual) dapat diintegrasikan dengan sangat indah.
Oleh karena itu, sudah jelas bahwa saat ini Indonesia membutuhkan karakter pemimpin yang sesuai dengan situasi Indonesia saat ini. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kondisi Indonesia saat ini sehingga karakter pemimpin apa yang kita butuhkan?
Mengenai kondisi Indonesia, sudah penulis paparkan pada pendahuluan. Intinya adalah Indonesia saat ini sangat jauh dari kondisi ideal bangsa yang dicita-citakan oleh soekarno (konsep trisakti).
Untuk berbicara mengenai karakter ideal pemimpin Indonesia penulis ingin membahas mengenai kejayaan Islam pada abad 8-11 M. kejayaan Islam pada masa itu merupakan kenangan terindah dan selalu menjadi nostalgia para pejuang Islam. Akantetapi, banyak pula yang berpendapat bahwa kejayaan islam tersebut adalah momen kejayaan yang sudah sampai pada batasnya. Sama seperti kejayaan mesir yang sudah sampai pada masanya, kejayaan Cina yang masa nya sudah selesai dan Yunani yang hanya bisa Berjaya pada masanya.
Akantetapi, yang perlu kita perhatikan adalah apakah benar pada abad ke 8-11 M benar-benar masa kejayaan Islam? Sebenarnya pada masa itu, tidak lah sepenuhnya masa kejayaan Islam. hanya saja pada masa itu, orang-orang islam berhasil menguasai pengetahuan dan teknology sehingga seluruh peradaban di Bumi berkiblat pada Islam. sama pula seperti Cina, Yunani dan Mesir. pada masa itu mereka  berhasil menguasai pengetahuan dan teknology secara maju. Bedanya adalah kemajuan pada abad 8-11 M didasarkan pada cara berpikir Islam. Cara berpikir Islam adalah tetap menekankan bahwa realitas alam semesta merupakan makhluk dari Allah SWT. Jadi untuk mendorong kemajuan bangsa, kita harus menitikberatkan pembangunan Bangsa pada penguasaan pengetahuan dan technology yang didasarkan pada cara pandang Islam.
Selain itu, pemimpin Indonesia harusnya dapat memandang globalisasi secara proporsional. Globalisasi adalah keniscayaan sehingga tidak perlu kita hindari tapi harus kita hadapi dengan proporsional. Cobalah lihat bagaimana Islam di abad 19 yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran Rasyid Ridha yang sangat konservatif dan fundamentalis. Mereka berusaha menutup diri dari dunia luar yang pada akhirnya dengan bangga membentuk ikhwanul muslimin (persaudaraan kaum muslimin) sementara Eropa dan Amerika pada saat itu sedang merlakukan transformasi luar biasa menuju peradaban yang sangat maju. Tidak ada yang salah dengan ikhwanul muslimin tetapi ketertutupan akan kemajuan peradaban bangsa lain adalah kebuntuan.
Akantetapi, globalisasi juga jangan dianggap sebagai santapan yang sangat lezat sehingga kita mabuk didalam nya. Kemerosotan moral akibat hegemoni budaya barat dan dikurasnya sumber daya alam milik bangsa merupakan akibat dari bobroknya bangsa ini dalam mengahdapi globalisasi.
Rasulullah sudah menganjurkan agar kita belajar hingga ke negeri Cina. Artinya belajar dari peradaban lain yang lebih maju diperbolehkan bahkan dianjurkan. Jangan lagi menatap peradaban Barat sebagai monster menakutkan yang harus dihindari. Melainkan kita harus menatapnya sebagai sesuatu yang harus dipelajari dan dikritisi.
Suatu ketika Rasulullah melihat empang yang luas yang menghidupi orang-orang disekeliling empang tersebut. Rasulullah pun menanyakan kepada sahabat, bahwa siapakah pemilik empang tersebut. Maka sahabt menjawab si fulan. Rasulullah pun berkata bahwa empang ini harus dikelola oleh Negara karena empang tersebut merupakan tempat bergantung banyak orang. Hadits tersebut sebenarnya tidak memiliki arti yang sama seperti penulis paparkan. Akantetapi, penulis memaknai hadits tersebut seperti diatas.
Ajaran Rasulullah tersebut rasanya sejalan dengan pancasila yang mendorong agar bumi, air dan kekayaan Negara lainnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pemimpin Indonesia harus mendorong pengusaan “empang” ditangan pemerintah.
Mengenai karakter-karakter lain, nampaknya Rasulullah telah memberikan contoh bagaimana kejujuran yang amat tinggi, kasih sayang yang amat indah dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian