Jumat, 27 Juli 2012

Tinjauan Kritis ekonomi kapitalis ; upaya mewujudkan Indonesia yg bermartabat

Seputar Perkembangan Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang muncul dari sebuah pemikiran dunia Barat. Kapitalisme mulai mendominasi kehidupan perekonomian ekonomi dunia Barat sejak runtuhnya feodalisme. Setelah Eropa memasuki zaman renaiscance yaitu zaman dimana pencerahan mulai muncul setelah zaman feodal kapitalisme muncul bersamaan dengan munculnya ideologi baru yaitu liberalisme.
Kapitalisme berasal dari asal kata capital yaitu berarti modal, yang diartikan sebagai alat produksi misal tanah dan uang. Sedangkan kata isme berarti paham atau ajaran. Kapitalisme merupakan sistem ekonomi politik yang cenderung kearah pengumpulan kekayaan secara individu tanpa gangguan kerajaan.
Menurut penulis, jika kapitalisme diartikan sebagai upaya mengumpulkan kekayaan maka sudah pasti kapitalisme ini sedah ada sejak manusia itu ada. Walaupun pada zaman tersebut manusia belum mengenal kata kapitalisme.

Xenophone (440-355SM) adalah orang Yunani yang pertama kali memperkenalkan kata ekonomi (oikos dan nomos). Xenophone menganggap bahwa Yunani harusnya mampu memanfaatkan tanahnya yang subur, iklim yang nyaman, pelabuhan laut yang alami, jenis ikan yang banyak dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Dengan kelebihan tersebut, Yunani harusnya mampu menjadi pusat perdagangan dan pariwisata. Seluruh surplus dari usaha tersebut dikumpulkan dan dapat digunakan sebagai alat untuk memakmurkan masyarakat.  Pemikiran tersebur telah menggambar bahwa kapitalisme (mengumpulkan kekayaan telah ada sejak zaman Yunani kuno.
Kemudian pada era pertengahan, Eropa telah dikuasai oleh gereja. Gereja menekankan bahwa harta dikumpulkan bukan untuk bersenang-senang tetapi untuk menolong orang lain. Motif ekonomi sangat dikecam. Tokoh yang terkenal adalah Albertus Magnus (1206-1280) dan Thomas Aquinas (1225-1274). Albertus Magnus menekankan pentingnya harga yang adil dan pantas (just price). Harga yang adil dan pantas adalah etika. Artinya harga barang hanya harus sesuai dengan biaya produksi dan jika harga barang tersebut melebihi biaya produksi makan penjualnya adalah seorang manusia yang tidak beretika serta tidak pantas untuk dihormati. Sementara itu Thomas Aquinas mengecam adanya riba, riba dianggap sebagai mengambil keuntungan dari sesuatu yang dari yang tidak ada. Pengambil riba dicap sebagai pendosa. Paling tidak, pada era pertengahan usaha pengumpulan harta kekayaan (dengan motif ekonomi) tidak berkembang dengan dengan pesat.
Berikut adalah perkembangan Kapitalisme :
Kapitalisme Awal (1500-1750)
Pada akhir abad pertengahan (abad 16 sampai 18), Industri di Ingris sedang terkonsentrasi pada industri sandang. Industri sandang di Ingris menjadi industri sandang terbesar di Eropa. Meskipun banyak maslah yangb di hadapi akan tetapi indusrti sandang di Ingris menjadi industri yang sangat pesat. Industri sandangt inilah yang menjadi pelopor lahirnya kapitalisme di Eropa sebagai suatu sistem sosial dan ekonomi.
Kemudian industri ini berlanjut pada usaha perkapalan, pergudangan, bahan- bahan mentah, barang- barang jadi dan variasi bentuk kekayaan yang lain. Dan kemudian berubah menjadi perluasan kapasitas produksi, dan kapitalisme ini yang kemudian hari justru banyak menelan korban. Dari beberapa kejadian dan juga faktor lingkungan historis mempengaruhi pembentukan modal di Eropa Barat pada awal terbentuknya kapitalisme antara lain:1) dukungan agama bagi kerja keras dan sikap hemat; 2) pengaruh logam logam mulia dari dunia baru terhadap perkembangan relatif pendapatan atas upah, laba dan sewa; 3) peranan negara negara dalam membantu dan secara langsung melakukan pembentukan modal dalam bentuk benda benda modal aneka guna.
Di perkotaan, para pedagang kapitalis menjual barang barang produksi mereka selama mereka melakukan satu perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Awalnya mereka menjual barang pada teman sesama pedagang seperjalanan, lalu berkembang menjadi perdagangan umum. Sementara di wilayah pedesaan saat itu masih cenderung feodalistik.
Pada fase ini, paham yang cukup berkembang adalah merkantilisme dan fisiokratis. Merkantilisme berasal dari kata merchant yang berarti pedagang. Merkantilisme menekenankan bahwa negara harus mengembangkan perdagangan luar negeri, yaitu dengan memperbanyak ekspor dan mengurangi impor. Jika ekspor lebih banyak daripada impor maka akan terjadi surplus. Jika sebaliknya maka akan terjadi defisit. Ada banyak tokoh merkantilisme diantaranya Jean Bodin (1530–1596). Jean Bodin menanamkan benih-benih teori kuantitas tentang uang dan harga. Hal ini dikarenakan hubungan dagang tidak sebatas jual-beli, tapi produksi dan konsumsi. Maka dari itu, masyarakat yg menentukan kuantitas sebuah barang dan harga. Penentuan ini berdasarkan pada Hukum Permintaan dan Penawaran. Jean Bodin menekankan pentingnya menggunakan hukum ini agar mendapatkan surplus yang tinggi dan agar terhindar dari defisit. Tokoh lainnya adalah Jean-Baptiste Colbert (1619 -1683). Colbert adalah menteri utama di bidang ekonomi Raja Louis XIV. Colbert menganggap bahwa sumber utama kemakmuran prancis berasal dari perdagangan luar negeri. Oleh karena itu, saudagar mendapatkan posisi yang penting untuk membangun perdagangan luar negeri sehingga penguasa (pemerinta) memberikan kekuasaan penuh kepada saudagar untuk mengembangkan ekonominya.
Merkantilisme kemudian dianut oleh hampir seluruh negara di daratan Eropa tsb dan kemudian dalam segi politik juga berkembang paham kolonialisme (pendudukan suatu wilayah utk mengambil sumber daya alam). Paham ini dianut sampai abad ke-18 M. Sistem feodalisme akan memulai tumbuh-suburkan sistem ekonomi kapitalisme. Hubungan erat antara kaum pedagang (saudagar) dengan kaum aristokrat (bangsawan) menjadi ciri-khas merkantilisme yg kemudian dikenal dgn istilah kapitalisme komersial dan membentuk sebuah birokrasi (hak keistimewaan).
Kemudian Fisiokratis menganggap bahwa kekayaan alam adalah sumber kemakmuran yang utama bagi masyarakat. Menurutnya, Tuhan telah menganugrahkan kekayaan alam yang melimpah dan harmonis untuk digunakan. Hal ini sesuai dengan asal katanya yaitu physic (alam) dan cratos (kekuasaan). Fisiokratis berpendapat bahwa manusia harus diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam mengelola kekayaan alam. Pemerintah tidak boleh campur tangan dan alam akan mengatur dirinya dengan harmonis. Fisiokratis inilah yang menjadi cikalbakal laissez faire-laisser passer ala Adam Smith.
Kapitalisme Klasik
Pada fase Kapitalisme mulai masuk dan merupakan pergeseran dari perdagangan public ke bidang industri. Pada fase ini ditandai dengan adanya Revolusi Industri di Inggris. Di Inggris mulai banyak diciptakan mesin- mesin besar yang sangat berguna untuk menunjang industri. Revolusi Industri dapat didefinisikan sebagai periode peralihan dari dominasi modal perdagangan atas modal industri ke dominasi modal industri atas modal perdagangan (Dudley Dillard, 1987: 22).
Kapitalisme mulai menjadi penggerak kuat bagi perubahan teknologi karena akumulasi modal memungkinkan penggunaan penggunaan pennemuan baru yang tak mungkin dilakukan oleh masyarakat miskin.
Di fase inilah mulai dikenal tokoh yang disebut “bapak kapitalisme” yaitu John Adam Smith. Adam Smith lahir di Kirkcaldy, Skotlandia, 5 Juni 1723 dan  meninggal di Edinburgh, Skotlandia, 17 Juli 1790 pada umur 67 tahun. Adam Smith bersama dengan bukunya yang sangat tekenal yaitu the Wealth Of Nations (1776) telah membuat semua orang menunjukknya sebagai bapak ekonomi modern. Buku ini mencerminkan ideologi kapitalisme klasik. Pemikiran Adam Smith sangat dipengaruhi oleh paham merkantilisme dan fisiokrasi. Akantetapi, Adam Smith menolak merkanitilisme yang menganggap negara harus menintervensi ekspor dan impor suatu negara (seperti pajak dll). Adam Smith juga menolak fisokrasi yang menganggap bahwa sumber daya alam adalah faktor utama produksi. Adam Smith menganggap manusia lah sebagai faktor utama produksi, sebab tanpa manusia yang cerdas sumber daya alam tidak berarti apa-apa. Akantetapi Adam Smith tetap setuju dengan eksploitasi individu terhadap sumber daya alam seluas-luasnya tanpa campur tangan pemerintah. Menolak intervensi pemerintah dikenal dengan nama mekanisme pasar bebas. Adam Smith menganggap bahwa mekanisme pasar bebas akan menimbulkan invisble hand  atau tangan-tangan tak terlihat yang mengatur perekonomian tersebut. Adam Smith menganggap bahwa kerja keras tiap individu justru lebih baik daripadab berbagai intervensi pemerintah terhadap perekonomian. Intervensi pemerintah hanya menciptakan distorsi dan membawa perekonomian kepada ketidakseimbangan dan ketidakefisenan. Keyakinan Adam Smith terhadap mekanisme padar bebas dikenal dengan semboyan laissez faire-laissez passer.
Adam Smith berpendapat bahwa jika manusia berkeinginan untuk sejahtera maka manusia harus berinvestasi (akumulasi modal). Manusia harus menginvestasikan uangnya dalam bentuk tanah, mesin dsb untuk meningkatikan produktivitasnya.
Pemikiran lainnya dari Adam Smith adalah mengenai teori nilai. Ada dua nilai dari sebuah barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Tidak semua barang yang bernilai tukar tinggi juga mempunyai nilaik guna yang tinggi. Contohnya air dan intan. Setiap orang membutuhkan air (nilai gunanya tinggi) tetapi kita tidak dapat menukar air untuk mendapatkan barang-barang berharga lainnya. Begitu pula dengan intan. Intan adalh barang yang tidak terlalu berguna tetapi kita dapat menukar intan dengan banyak barang yang mahal.
Adam Smith juga menganggap pentingnya pembagian kerja (spesialisasi). Setiap orang harus bekerja hanya untuk menghasilkan satu jenis barang saja. Adam Smith juga berpendapat bahwa besarnya upah tenaga kerja diberikan berdasarkan kapasitasnya (skill).
Kapitalisme Lanjut
Pada abad ke-18 dan 19 pemikiran kapitalisme berkembang dengan sangat pesat. Sangat banyak perusahaan-perusahaan di Eropa memproduksi barang dengan sangat jumlah yang sangat besar. Hal ini sesuai dengan kepercayaan kapitalisme klasik yang menyatakan bahwa jika ekonomi diserahkan kepada mekanisme pasar maka akan terjadi keseimbangan. Jika produksi sangat tinggi maka akan banyak buruh yang bekerja, dengan begitu akan banyak masyarakat yang berpenghasilan. Penghasilan masyarakat tersebut akan menaikkan daya beli masyarakat, sehingga pada ujungnya akan terjadi keseimbangan.
Depresi ekonomi di Eropa pada tahun 1930-an membuat semua orang curiga terhadap pandangan kapitalisme klasik ini. Muncullah Juhn Maynad Keynes (1883-1946) seorang ekonom cerdas dari Inggris. Keynes mengkritik pandangan klasik dan menyatakan bahwa produksi yang tinggi tidak akan selalu menciptakan keseimbangan. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat moder yang semakin bervariasi. Apalagi kecenderungan masyarakat modern untuk menabung membuat daya beli masyarakat tidak setinggi produksi barang. Hal inimenyebabkan daya beli masyarakat yang semakin rendah.
Keynes pun menyarankan intevensi pemerintah dalam menstabilkan perekonomian. Hal ini membuat Keynes dijuluki Bapak Pembangunan Ekonomi.
Klaim Kapitalisme Terhadap Kemakmuran Masyarakat Dunia
Seorang penulis dan fotografer asal Swedia Lasse Berg dan Stig Karlsson melakukan kunjungan kebeberapa negara di Asia pada tahun 1966 dan mengunjunginya kembali pada tahun 1999. Pada tahun 1966 keduanya menyaksikan kemiskinan, kesengsaraan dan ancaman bencana yang parah. Ketika mereka berkunjung ke kalkutta mereka melihat sepersepuluh penduduknya adalah  tuna wisma. Tiga puluh tahun setelah itu, ketika mereka berkunjung lagi keadaan sudah terbalik. Becak yang dulunya adalah kendaraan utama kini sudah digantikan dengan kendaraan bermotor. Ketika memperlihatkan fotonya di tahun 1966 kepada para pemuda di kalkutta tidak ada yang mempercayai ini lah kalkuttandi tahun 1966.
Johan Noberg asal swedia didalam bukunya mebela kapitalisme global menjelaskan secara gamblang perkembangan yang sangat pesat penduduk Bumi. Kapitalisme selalu dicaci dengan slogan “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin” dianggap sebagai pernyataan yang setengah benar. Memang benar yang kaya semakin kaya tetapi yang miskin semakin miskin tidak lah sepenuhnya benar. Di asia yang secara kuantitatif memiliki penduduk miskin terbanyak di dunia telah berhasil meningkatkan taraf hidup ratusan juta penduduk miskinnya. Pada tahun 1965-1998, pendapatan 20% orang terkaya di dunia meningkat dari $8.315 menjadi $14.623 atau meningkat sekitar 75%. Sementara peningkatan pendapatan penduduk termiskin dunia meningkat dari $551 menjadi $1.137 atau meningkat lebih dari 100%. Konsumsi dunia ditahun 1999 juga dua kali lebih besar daripada konsumsi dunia ditahun 1960.
UNDP mencatat bahwa dalam 50 tahun terakhir ini angka kemiskinan telah menurun dengan sangat drastis dibandingkan dengan 500 tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang sangat mencengangkan dari China dan India saat ini pun karena keberanian untuk membuka pasar mereka. Sedangkan kemiskinan di Afrika Sub-Sahara akibat mereka enggan berglobalisasi.
Angka harapan hidup di dunia di awal abad 20 hanya 30 tahun kemudian menjadi 45 tahun pada tahun 1966 dan menjadi 65 tahun di tahun 1998. Sembilan dari sepuluh orang didunia kini bisa hidup sampai umur 60 tahun.
FAO mencatat ditahun 1960 37% penduduk negara miskin menderita kelaparan dan kini berada dibawah 18%. Kita belum pernah memiliki makanan sebaik ini di Bumi. Tingkat partisapi anak di pendidikan hampir mencapai 100% di seluruh dunia. Pengecualiannya hanya dibagian sub-sahara Afrika. Ditahun 1925, 75% penduduk Bumi buta huruf dan kini tinggal 20% saja. Menurut think tank freedom institute, pada tahun 2002 42 negara melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran hak asasi manusia yang terburuh menghinggapi negara-negara yang masih jijik dengan globalisasi.
Krisis ekonomi dan kemiskinan saat ini bukan karena kita hyperglobalisasi tetapi karena kita hipoglobalisasi.
Kritik Terhadap Kapitalisme
Selama kira-kira tiga abad kapitalisme telah merasuki seluruh sendi-sendi kehidupan manusia. Menurut Noam Chomsky (ahli Limguistik asal Amerika) di dalam bukunya Neo imprealisme Amerika Serikat, saat ini kapitalisme telah mendoktrin sistem pendidikan, merekayasa sejarah dan media serta mendikte kaum intelekttual. Pendidikan liberal yang diyakini akan melahirkan manusia yang bebas dan kritis hanyalah kebohongan belaka. Hal ini di mulai ditahun 60-70an ketika sekelompok masyarakat penenteang imperalis tampil dengan tekad revolusi menggulingkan kekuasaan imperalisme. Amerika lalu melahirkan cara untuk mendidik manusia yang patuh dan terkontrol. Patuh terhadap dominasi Amerika dan hegemoninya. Guru-guru dididik agar patuh terhadap prosedur dan labirin kapitalisme. Comsky berpendapat bahwa pendidikan harusnya mendidik manusia menjadi mandiri dan kritis.
Peristiwa sandinista yang divonis komunis dan totaliter oleh Amerika. Majalah times mengabarkan bahwa sandinista telah melakukan kejahatan moral. Padahal menurut Comsky kesehatan dan kesejahteraan di Sandinista telah meningkat tajam.
New York Times menggambarkan Israel sebagai “sumber kebaikan manusia” padahal israel dengan sangat kejam telah membantai palestina dengan roket dan pelurunya. Paduan antara rekayasa sejarah dan manipulasi media telah membodohi masyarakat dunia dan semakin mengokohkan kekuasaan imperalis.
Berbagai konsensus dan pemikiran mengenai kapitalisme dengan pasar dunianya kini semakin menghegemoni pemikiran kita. Pemikiran Madison (Presiden ke-4 AS) menyatakan bahwa kekuasaan kaum kaya harus dijaga dan kaum miskin harus dimarjinalkan dan dipecah-pecah agar tercipta partisipasi publik yang merata.  Konsensus Washington mengenai kesepakatan perdagangan bebas di Amerika Latin juga merupakan alat legitimasi melakukan ekspansi pasar ke Amerika Latin. Upaya ini dianggap sebagai sejarah besar ataupun sebagai kebangkitan Amerika Latin. Padahal menurut Comsky kebangkitan ini telah dibangun dari penderitaan dan jeritan petani, kaum buruh dan rakyat miskin.
Menurut Michael Hart dan Antonio Negri ekspansi pasar yang dilakukan oleh kaum imperalis itu adalah bentuk pengekangan, eksploitasi dan teritorialisasi. Bentuk itu tidak sesuai dengan kehendak pasar saat ini sehingga kedua ilmuwan terebut meyakini akan kelahiran “imperium baru.” Sebuah tatanan baru masyarakat global tanpa adanya pengekangan dan eksploitasi. Sebuah konsensus yang berlaku di seluruh dunia.
Pandangan tersebut kemudian menuai kritikan dari James Petras dan Henry Veltmeyer. Menurut kedua ilmuwan tersebut, tatanan global saat ini bukan ditopang dari mekanisme pasar bebas, akan tetapi Amerika lah yang mengatur semuannya. Invasi militer ke palestina, lebanon, karibia, amerika latin dsb atas restu dari Amerika. 50% dari 500 perusahaan multinasional adalah produk Amerika. Ketika Meksiko terkena krisis keuangan, Amerika mengucurkan 20 miliar dolar untuk menyelamatkan peso. Begitu pula ketika krisis di Asia. Amerika mendorong penyelamatan krisis finansial tersebut melalui Bank dunia dan IMF. Sebagai gantinya negara-negara tersebut menjadi sasaran empuk lahapan kekejaman imperalisme.
Untuk mengkritik kapitalisme tentu saja kita akan membicarakan pemikiran Karl Marx. Tokoh sosialis yang sangat tersohor ini sangat membenci kapitalisme. Marx meramalkan suatu saat nanti kapitalisme akan hancur lebur. Kapitalime hancur bukan karena faktor dari luar tetapi kehancurannya diakibatkan oleh kesuksesannya. Kapitalisme sukses karena mampu menigkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan tersebut dibangun dari sistem ekonomi yang rapuh. Kesenjangan sosial yang begitu lebar mutlak menjadi realitas. Kekayaan pemilik modal akan terus meroket sementara kaum buruh tetap miskin. Kesenjangan sosial tersebut akan masuk diranah sosiologis karena akan menciptkan  perbedaan kelas sosial antara borjuis dan proletar. Marx menganggap self destruction atau sesuatu yang hancur karena dirinya sendiri akan menimpa kapitalisme suatu saat nanti.
Keganasan kapitalisme di Indonesia
Rhodes, seorang pengusaha asal Inggris pernah berkata  bahwa seandainya ada planet lain di alam semesta ini, maka niscaya saya akan mengekspansi perusahaan saya ke planet tersebut. Begitulah kira-kira ambisi penguasaan atau pengumpulan modal kapitalisme. Kapitalisme sudah sejak lama hadir di Indonesia bahkan dipekarangan rumah kita, bahkan didalam rumah kita sendiri.
Sebelum mengkajiu keganasan kapitalisme  di Indonesia kita akan membahas mengenai bagaimana asal-muasal masuknya kapitalisme di Indonesia.
Di Volume pertama kapital Karl Marx menulis :
“Sejarah administrasi koloni Belanda – dan Belanda adalah model negara kapitalis di abad ke-17 – adalah ‘salah satu sistem pengkhianatan, penyuapan, pembantaian, dan kekejaman yang paling hebat.’ Tidak ada yang lebih karakteristik daripada sistem penculikan mereka, guna mendapatkan budak-budak dari Jawa. Para penculik dilatih untuk ini. Sang pencuri, penerjemah, dan penjual, adalah agen-agen utama dalam perdagangan ini, sang pangeran-pangeran pribumi sebagai penjual utama. Orang-orang muda diculik, dijebloskan ke penjara-penjara rahasia di Sulawesi, sampai mereka siap untuk dikirim ke kapal-kapal budak ... Dimanapun mereka memijakkan kaki, kehancuran dan penyusutan penduduk menyusul. Banyuwangi, sebuah propinsi di Jawa, pada tahun 1750 berpenduduk lebih dari 80.000 orang, pada tahun 1811 hanya 18.000. Perdagangan yang manis!”
 “awal penaklukan dan penjarahan Hindia Timur ... menandai fajar indah dari era produksi kapitalis. Aktivitas ini adalah momentum utama dari akumulasi primitif.”
“Belanda, yang pertama kali mengembangkan sistem kolonial, pada tahun 1748 telah berdiri di puncak keagungan komersialnya ... Total kapital dari Republik [Belanda] barangkali lebih besar daripada total keseluruhan kapital di benua Eropa.”
Merebut perdagangan Asia dari tangan Spanyol dan Portugal yang telah menguasai samudera selama lebih dari satu abad membutuhkan sebuah investasi yang besar. Bagaimana Belanda yang saat itu penduduknya kurang dari satu juta mampu mengumpulkan kapital yang diperlukan? Solusi dari masalah ini melibatkan sebuah konsep organisasi bisnis yang baru: perusahaan saham-gabungan (joint-stock company), yaitu VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) dan di sinilah kapitalisme moderen pertama kali menemukan aplikasinya. VOC dibentuk ketika pemerintah Belanda memberikannya sebuah monopoli untuk melakukan aktivitas kolonial di Asia. Ini adalah perusahaan saham-gabungan multinasional pertama yang mengeluarkan saham publik. Secara efektif, Hindia Timur selama dua abad tidaklah dijajah oleh Republik Belanda melainkan oleh sebuah perusahaan saham-gabungan, VOC. Cukup indikatif bahwa selama periode tersebut rakyat Hindia Timur menyebut penjajah mereka “kompeni” (dari nama VOC, Compagnie). VOC memasuki periode kemunduran pada tahun 1692 dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1798. Republik Belanda menanggung utang VOC, sebesar 134 juta guilders, dengan syarat bahwa VOC harus menyerahkan semua asetnya di Hindia. Dengan ini, Republik Belanda memperoleh sebuah koloni di Asia pada tahun 1798.
Setelah Perang Jawa 1825-1830 yang berakhir dengan menyerahnya kerajaan Mataram, yang menandai penaklukan penuh pulau Jawa, Belanda memperkenalkan sebuah sistem tanam paksa. Berbeda dari sistem transaksi rempah-rempah sebelumnya, sistem Tanam Paksa , dimana pemerintah kolonial mengorganisasi sebuah sistem produksi hasil bumi (cash-crop) untuk ekspor, membawa evolusi industri perkebunan yang membentuk sejarah Indonesia sebagai sebuah negara eksportis bahan mentah untuk abad selanjutnya. Dari menjadi sumber bahan mentah untuk kapitalisme perdagangan, Hindia Timur perlahan-lahan menjadi sumber bahan mentah untuk kapitalisme industrial.
Sistem Tanam Paksa – sebuah sistem dimana Belanda memaksa petani Indonesia untuk menanam hasil bumi untuk eskpor – adalah sebuah sistem yang memberikan basis untuk kemajuan ekonomi di Belanda. Sistem ini adalah sebuah eksploitasi kolonial yang klasik. Tujuan utamanya untuk meningkatkan kapasitas produksi pertanian (terutama di pulau Jawa) guna kepentingan penbendaharaan Belanda. Sistem ini adalah satu kesuksesan yang besar dari sudut pandang kapitalisme Belanda, menghasilkan produk ekspor tropikal yang sangat besar jumlahnya, dimana penjualannya di Eropa memajukan Belanda. Dengan kopi dan gula sebagai hasil bumi utama, seluruh periode Sistem Tanam Paksa menghasilkan keuntungan sebesar kira-kira 300 juta guilder dari tahun 1840-59.
Sistem Tanam Paksa menyediakan basis untuk periode ekonomi selanjutnya, yang disebut periode Liberal. Selama periode sebelumnya, pemerintah menyuntik kapital yang besar untuk membangun perkebunan hasil-bumi dan fasilitas-fasilitasnya, terutama gula dan kopi, dan juga memastikan penyediaan tenaga kerja murah melalui kerja paksa. Sistem Tanam Paksa sangatlah menguntungkan. Namun, sistem Cultuurstelsel yang dijalankan pemerintah ini dipenuhi dengan nepotisme, dimana kontraktor pemerintah, pengusaha penanam swasta, perusahaan ekspor-impor, dan pegawai negeri Belanda semua mempunyai hubungan keluarga. Ini membawa kegusaran kapitalis Belanda (dan kapitalis asing lainnya) yang berada di luar klik Jawa ini, yang melihat keuntungan besar dari bisnis ini dan ingin sepotong darinya. Inilah alasan sebenarnya mengapa Sistem Tanam Paksa dihentikan pada tahun 1870, bukan karena kekhawatiran moral kaum imperialis Belanda terhadap kesengsaraan yang dihadapi oleh kaum tani Indonesia akibat sistem eksploitatif ini. Kita dapat melihat ini dengan jelas di dalam nilai ekspor setelah Sistem Tanam Paksa, yang tumbuh bahkan dengan kecepatan yang lebih pesat dan tidak lain menandakan sebuah eksploitasi yang lebih ganas terhadap rakyat Hindia Timur Belanda.
Banyak dari loncatan nilai ekspor dan produktivitas ini adalah karena peningkatan teknologi yang mengijinkan transportasi yang lebih baik dan pemrosesan yang lebih efisien. Beberapa orang akan berargumen bahwa periode Liberal adalah tidak lebih eksploitatif daripada Sistem Tanam Paksa karena para petani diperlakukan lebih manusiawi dan pada saat yang sama produktivitas mereka dibuat lebih tinggi.
Pada pagi hari 17 Agustus 1945, Soekarno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, dan mulailah babak baru dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, yang diperjuangkan di lapangan militer melawan kekuatan Sekutu dan di lapangan politik antara kaum reformis dan kaum revolusioner. Kaum reformis, yang dipersonifikasi oleh Hatta dan Sjahrir, merasa cukup dengan kemerdekaan Indonesia di bawah jempol imperialisme, sedangkan kaum revolusioner, yang dipersonifikasi oleh Tan Malaka dan front persatuannya Persatuan Perjuangan, menuntut 100% Merdeka. Kaum revolusioner berjuang dengan berani melawan pasukan Sekutu dan juga melawan pemimpin nasionalis seperti Hatta yang ingin berkapitulasi pada kekuatan imperialis dan mengembalikan semua perusahaan dan perkebunan Belanda, yang nota-bene berarti penundukan ekonomi Indonesia terhadap Belanda. Kaum nasionalis borjuis ini mengirim pasukan mereka untuk melawan milisi rakyat yang sedang berjuang mempertahankan negara mereka. Ribuan pejuang muda yang berani, yang dianggap terlalu revolusioner, diburu dan dibunuh oleh pasukan pemerintah, termasuk Tan Malaka pada tahun 1949.
Pada tanggal 27 Desember 1949, setelah banyak pertempuran yang gagah berani, yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang Indonesia, Belanda terpaksa mengakui kemerdekaan Indonesia. Namun, para pemimpin nasionalis telah menjual seluruh Indonesia dengan menyetujui pengembalian seluruh perusahaan, tanah perkebunan, dan tambang-tambang Belanda dan membayar 4,3 milyar guilder (atau senilai 10,1 milyar dollar pada tahun 2009) yang merupakan agresi militer Belanda di Indonesia selama 4 tahun. Ini menaruh ekonomi Indonesia di bawah jempol kaum imperialis dan program 100% Merdeka dikhianati.
Secara singkat seperti begitulah kapitalisme telah melumat bangsa ini. Kemudian kapitalisme tetap saja eksis walaupun Indonesia telah merdeka. Mulai dari orde lama dengan kekacauan ekonominya dan kemudian orde baru yang sangat bersahabat dengan kapitalisme.
Selanjutnya, sesuai dengan aturan dari SC penulis akan mengkaji keganasan kapitalisme di daerah-daerah.
Pertama kita mulai dari Sulawesi tenggara, tepatnya di kecamatan Sorowalio dan kecamatan Bungli. Awalnya warga dikedua daerah tersebut merasa terganggu dengan banjir belakangan ini selalu terjadi. Banjir tersebut membawa lumpur dan berwarna merah. Banjir menghentikan aktivitas warga bahkan merendam sawah seluas 20 ha. Lumpur melengket di padi dan pohon kakao dan dalam waktu 2-3 jam padi dan tanaman kakao jadi mati. Kondisi ini membuat warga melakukan investigasi dan menemukan bahwa PT. Bumi Inti Sulawesi (BIS) sedang melakukan eksplorasi. Pemerintah daerah mengamini hal tersebut dan menyatakan bahwa PT. BIS hanya melakukan eksplorasi dan jauh dari hutan lindung. Setelah itu, warga kembali melakukan investigasi dan menemukan bahwa telah dibuat jalan menuju kehutan lindung sehingga pohon-pohon pun ditebang, sudah ada enam sungai yang digusur dan titik penggundulan hutan kian bertambah. Hal ini mendorong DPRD kota Bau-Bau, dinas terkait dan LSM melakukan investigasi sendiri ke lokasi tambang. Dari hasil investigasi tersebut menemukan bahwa sungai yang tergusur (terputus aliran airnya) kini mencapai 24, air sungai yang mengalir kini mengandung lumpur dan berwarna merah, penggundulan hutan telah meluas hingga 10 ha dan upah pekerja pabrik masih sangat rendah. Sekali lagi, ramalan Marx mengenai kekejaman kapitalisme terjadi. Keuntungan yang sangat besar didapatkan oleh pemilik modal di atas keringat dan penderitaan kaum miskin dan buruh.
Selanjutnya kita akan membahas contoh kegansan kapitalisme di Sulawesi tengah. Perusahaan yang tumbuh di Sulawesi Tengah didominasi oleh perusahaan usaha swasta skala besar, feodal dan komprador domestik yang ada di daerah ini. Sampai pada lima tahun terakhir, sumber daya alam yang telah jatuh ke tangan para pemilik modal secara besar-besaran(Walhi Sulteng, 2003). Sebaliknya terjadi krisis sumber daya alam di Sulawesi Tengah, terutama wilayah kelola petani/peladang, nelayan, komunitas pribumi serta merosotnya kesejahteraan buruh . Sebaliknya meningkatnya nilai surplus dari hasil hasil ekspansi, baik diperoleh dari pajak, retribusi. Besar surplus, antara tahun 1998 sampai dengan tahun 2000, yang diperoleh dari sumber daya alam berbanding lurus dengan meningkatnya nilai ekspor selama dua tahun berturut-turut. Hal ini juga menunjukkan perluasan ekspansi modal yang cukup tinggi ke dalam sektor sumber daya alam. Sebaliknya, pada komunitas pribumi menyempitnya wilayah tinggal mereka sejalan dengan jatuhnya lahan-lahan produktif ke tangan investor ( Walhi Sulteng, 2003).
Di Sulawesi Tengah perusahaan tambang yang beroperasi di kawasan konservasi dan hutan lindung dengan mengantongi kontrak karya sejak tahun 1997 adalah PT Palu Citra Mineral (PT CPM) seluas 561.050 hektar di Taman Hutan Raya Palu; Selain itu PTCPM juga beroperasi di wilayah Donggala, Buol, Tolitoli, Luwuk; Sedangkan PT Mandar Uli Mineral (PT MUM) seluas 590.000 hektar di Taman Nasional Lore Lindu, meliputi wilayah hutan lindung Mamuju, Donggala, Luwuk, dan Poso(Maning Directoy, 2002). Kedua maskapai tambang emas raksasa itu bermarkas di Australia dan Inggris dan 90% sahamnya milik Rio Tinto itu. Jika PT CPM berkonflik dengan orang Poboya dan orang yang tinggal di sekitar wilayah Gunung Kambuno, maka PT MUM berkonflik dengan orang-orang Seko di Sulawesi Selatan dan Kaili Da’a di punggung Gunung Palu. Sementara PT Inco Salah satu perusahaan yang bermarkas di Kanada dan beroperasi di wilayah Komunitas Pribumi Bahumotefe di Kabupaten Morowali, Sulteng dan Komunitas Pribumi Dongi di Sulawesi Selatan. Perusahaan swasta asing ini, selain berkonflik dengan komunitas adat, juga berkonflik dengan trasmigrasi asal lombok, Nusa Tenggara Barat, Flores, Nusa Tenggara Timut, Jawa Tengah.
Dari sekitar 1.000 proyek penanaman modal asing maupun domestik selama 20 tahun terakhir (1980-2002) di Sulawesi Tengah telah melahirkan 500 ketegangan antara rakyat korban di satu sisi, dan di sisi lain pemerintah dan investor—yang berlatar konflik agraria (Walhi Sulteng, 1997). Aktor konflik para pelaku bisnis dan rakyat korban telah menyebar luas ke daerah dan berhubungan secara kuat ke level aktor-aktor lokal, regional dan nasional (Dopalak Indonesia, 1999) .
Kemudian di sulawesi selatan ada begitu banyak konflik dan permasalahan yang ditimbulkan. Diantaranya adalah di Kabupaten Bulukumba konflik antara masyarakat adat Kajang dengan PT. Londsum (2003), di Kabupaten Pinrang konflik antara PT. Buli dengan masyarakat setempat, di Kabupaten Sidrap konflik antara masyarakat dengan PT. Margareksa, di Kabupaten Takalar sengketa lahan antara petani dengan PT. Perkebunan Nusantara, di Luwu Timur masyarakat petani berkonflik dengan PT. INCO, Tbk, dan masih banyak lainnya.
Dengan sangat jelas kapitalisme memberikan efek :
  1. Semakin memiskinkan rakyat Indonesia. Kekayaan alam yang luar biasa  yang dimiliki oleh Indonesia dikeruk dan dihabiskan oleh pemilik modal. Sementara rakyat tetap saja miskin. Upah buruh tetap rendah. Petani tetap miskin
  2. Terjadi kerusakan lingkungan yang massif. Kerakusan kapitalisme menebang hutan, menggusur sungai, membuang limbah pabrik telah memberika efek yang sangat buruk bagi rakyat.
  3. Kapitalisme menyisakan konflik pertanahan yang begitu banyak di Indonesia. Kasus-kasus penembakan akibat konflik ini pun makin sering terjadi.

Tinjauan Pancasila Sebagai Ideologi Indonesia
Pancasila adalahn karya emas bangsa Indonesia. Pancasila adalah hasil sintesis buah pemikiran Barat, Timur, agama dan kebudayaan asli Indonesia sehingga membuatnya sangat kaya akan nilai.
Sila pertama mengamanatkan manusia sebagai makhluk Tuhan. Sila kedua berbicara mengenai kemanusiaan yang universal. Sila ketiga mengenai persatuan dan kesatuan Indonesia. Sila keempat berbicara mengenai demokrasi ala Indonesia dan sila kelima berbicara mengenai keadilan sosial yang adil bagi seluruh rakyat.
Penulis tidak akan berbicara banyak mengenai sila pertama hingga keempat tetapi lebih banyak pada sila kelima karena sila kelima lebih banyak membahas mengenai keadilan ekonomi.
Soekarno berkata bahwa dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, ini merupakan perlawanan yang maha hebat bangsa Indonesia kepada kapitalisme yang individualistik. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, Indonesia telah mengalami pengalaman yang amat buruk pada zaman kolonialisme dimana kapitalisme benar-benar sedang merajalela.
Titik tumpu pencapaian ekonomi Indonesia didasarkan pada keadilan sosialisme denan semangat kekeluargaab dan tetap menghargai kebebasan individu. Indonesia tetap mengedapankan kebebasan individu dengan penekanan bahwa individu tersebut koperatif dan altruis dan mengedapankan solidaritas sosial untuk kebaikan bersama.
Sutan Sjahrir berkata “sekali-kali tidaklah boleh kepentingan masyarakat yang hartawan bertentangan dengan kelompok rakyat miskin. Keadilan yang kita kehendaki adalah keadilan yang didasarkan atas kemakmuran dan kebahagiaan.
Indonesia bukanlah negara liberal. Negara harus bertanggung jawab penuh atas kemakmuran rakyat. Setidaknya negara harus mengatur pembagian kekayaan dengan benar-benar mengeradikasi kelaparan.
Penguasaan sektor penting menurut Indonesia haruslah dikuasai oleh negara. Pasal 33 UUD 1945 dengan tegas mengaminkan pernyataan ini. Oleh karena itu, setiap individu, kelompok maupun negara lain yang telah menguasai sektor-sektor penting bangsa ini berarti telah melakukan pelanggaran Undang-Undang dasar. Jika mereka adalah negara lain maka mereka harus diusir dan jika mereka adalah anak bangsa sendiri maka mereka harus di hukum dengan hukuman yang berat.

Budaya Bugis-Makassar Sebagai Idelogi Untuk Mengangkat Martabat Bangsa
Martabat bersinonim dengan harga diri. Siri’ dalam budaya bugis juga berati siri’. Oleh karena itu, sangat relevan rasanya membicarakan budaya bugis-makassar dalam kaitannya mengangkat martabat bangsa.
Siri adalah pembeda manusia dengan binatang. Jika manusia tidak memiliki siri’ maka manusia tersebut sama saja dengan binatang.

                                                                   SIRI’


                                                PACCE                      LEMPU

Dari piramida diatas kita dapat melihat bahwa siri’ ditopang oleh lempu dan pacce. Untuk semakin meninggikan siri’, maka yang perlu dilakukan adalah menaikkan lempu dan pacce seseorang. Lempu berarti lurus. Malempu berati jujur. Seorang dengan lempu yang baik maka dia akan selalu berjalan digaris yang lurus. Artinya mereka memiliki kepribadian yang berani, cerdas dan bertanggung jawab. Dengan lempu yang tinggi maka akan menaikkan siri (harga diri) seseorang. Pacce berati pedis. Pedis bermakna suatu perasaan sakit yang mendalam ketika melihat orang lain mengalami kesulitan. Kaitannya dengan kapitalisme, seseorang dengan pacce yang tinggi akan selalu merasa pedis jika melihat buruh dengan upah yang rendah, petani yang dirampas haknya dan kaum miskin yang tidak dapat menyekolahkan anaknya. Jika seseorang dengan pacce yang tinggi tentu saja akan menaikkan siri’ (harga diri) seseorang.
Yang menjadi kesimpulan adalah untuk meninggikan harga diri bangsa maka budaya pacce dan lempu ini harus diradikalisasikan di sanubari masing-masing anak bangsa sehingga siri’ bangsa Indonesia semakin baik dimasa depan nantinya. Indya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian