Selasa, 13 November 2012

Cadoleng doleng dan identitas bangsa


Saat ini saya sedang ber kkn, lokasi kkn saya di kecamatan galesong utara, 

kabupaten takalar, sulsel. Kebetulan, kkn ini bertabrakan dgn kuliah. Sepulang kuliah, saya langsung menuju posko saya di takalar. Ketika di jalan, saya melihat ada pesta pernikahan salah satu warga dan ketika saya singgah disalah satu posko teman saya yang lokasi nya tidak jauh dari acara pernikahan tsb, katanya sebentar malam akan ada cadoleng-doleng (penari seksi).


Saya kemudian membayangkan bahwa sepertinya budaya asli bangsa ini agak bermasalah. Budaya barat mungkin mengenal diskotik dengan dunia gemerlap malamnya (dugem). Sementara kita di indonesia mengenal cadoleng-doleng. Entah bagaimana kajian antropology nya, yang jelas di berbagai daerah terpencil juga mengenal cadoleng-doleng. Cadoleng-doleng itu akan tampil seusai pesta pernikahan (agak tengah malam), dengan musik yang sangat keras. Yah, yang terlintas dipikiran saya adalah, inilah budaya asli bangsa kita. Cadoleng-doleng bukan hasil adaptasi dari gaya hidup barat (mudah-mudahan saya salah). 

Ditengah keterpurukan bangsa ini, kita selalu melakukan pembelaan bahwa sebenarnya kodrat bangsa ini sangat sempurna. Contohnya, ketika melihat tawuran, kita akan berangapan bahwa sebenarnya bangsa ini adalah bangsa yang penuh dengan toleransi, tenggang rasa dsb nya. Tapi, lihatah kenyataan. G30 S/PKI, pemberonakan DII/TII, kerusuhan poso,ambon, serangan GAM di aceh, tawuran hampir setiap saat. Sejak bangsa ini diawalkemerdekaan hingga saat ini, rasanya sangat sulit untuk menunjukkankita bangsa yangpenuh dengan toleransi.

Kemudian, lihatlah ketika banyak terjadi "perubahan" tatanan sosial. Misalnya, perilaku dugem dan  minum minuman keras. Diatas saya sudah menarik kesimpulan bahwa perilaku dugem itu juga identitas asli bangsa kita, dan miras, lihatlah, setiap daerah pasti mempunyai miras khas daerah masing-masing. Jadi kejahatan akibat miras itu bukan akibat dari penetrasi budaya barat yang memasuki kita, tapi ini memang identitas asli bangsa kita. Ketika kita melihat barat yang individualism maka kita akan mengklaim bahwa timur adalah gotong royong. Gotong royong?ya iya, timur akan gotong royong karena kita terlambat memasuki modernisasi. Saya yakin, sebelum barat memasuki era modern, mereka juga hidup dengan gotong royong. Masyarakat desa itu memang masih gotong royong karena mereka belum memasuki era modern dan di kota?individualisme menjadi gaya hidup semua orang..

Saya menjadi bingung, lalu apa yang menjadi kebanggaan kita?laut?ikan dijepang tidak kalah banyak dari ikan di indonesia. Minyak?timurengah adalah rajanya. Emas?afrikan selatan jauh lebih hebat memanfaatkan emasnya. Hutan?hutan di brazil tidak kalah kaya dengannhutan di indonesia. 

Ya..kita seperti tidak punya harapan sama sekali.

Semua potensi yang selalu kita klaim adlah milik idonesia sepertinya juga dimilikioleh negara lain. 

Saya melihat, satu satunya yang bisa menjadikan kita sebagai peradaban maju adalah kemampuan kita memanfaatkan sesuatu yg positif. Berhentilah lah mengklaim bahwa kita itu penuh toleransi, seolah baratnyangindiidualis tidak punyasifat toleransi. Berhenti lah mengklaim bahwa seolah kita memiliki segalanya. Setiap manusia mempunyai dua sisi,rasa gotong royong sekaligus individualis, rasa toleransi dan benci.  Ada bangsa memiliki kekayaan laut yang melimpah tapi tidak memiliki minyak yang banyak. 

Saat ini, sisa bagaimana kita memanfaat kan halpositif yang pada diri kita. Karena potensimmanusia timur dan barat adalah sama. Potensi Eropa dan Indonesia adalah sama. Tinggal siapa yang mampu menekan potensi negatif nya seminim mungkin dan membangkitkan potensi postifnya semaksial mungkin. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian