Selasa, 13 November 2012

ISMKI gemilang menuju indonesia bermartabat


Alam semesta meniscayakan gerakan dan Gerakan meniscayakan perubahan. Alam terus bergerak, bumi terus berputar dan peradaban manusia terus berkembang. China, Mesir, Yunani, India pernah berjuluk sebagai peradaban paling maju di masanya dan kemudian kini Eropa dan Amerika menjadi pemimpin peradaban baru. Bangsa yang memimpin peradaban meniscayakan martabat bangsa yang semakin agung. Untuk menjadi pemimpin peradaban tentu saja dibutuhkan niat dan kerja keras seluruh elemen bangsa.
Sebagai anak bangsa, tentu saja kita selalu bermimpi untuk menjadi pemimpin peradaban. Tentu kita tidak tega Negara kita dianggap sebagai Negara gagal (fund for peace, 2012). Kehidupan paling gemilang bangsa ini dianggap ketika Majapahit berkuasa yang menguasai hampir seluruh asia tenggara, kemudian masuklah islam sebagai corak kebudayaan baru di nusantara. Nusantara kemudian luluh lantak akibat masuknya penjajahan kolonial. Warga pribumi menjadi sangat miskin, tidak terdidik dan sakit-sakitan. Ditengah keputus-asaan ternyata mucullah beberapa mahasiswa kedokteran seperti wahidin sudirohusodo, cipto mangunkusumo dkk yang mencoba menyadarkan anak bangsa untuk segera bangkit dari kemelaratan. Pasca gerakan penyadaran yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran tersebut, Berbagai gerakan kemahasiswaan dan kepemudaan mulai teroganisir, hingga pada akhirnya pemuda pada masa itu mendesak dan menculik “kaum tua” agar memuluskan rencana memerdekakan Indonesia. Setelah peristiwa Rengasdengklok tersebut, gerakan kemahasiswaan makin apik terbukti dengan gerakan mahasiswa 66, peristiwa malaria hingga reformasi di tahun 1998.

Realitas kemahasiswaan di Indonesia memang sangat unik, berbagai perubahan besar didorong oleh mahasiswa. Pertanyaannya sekarang adalah dimana mahasiswa kedokteran yang dulu adalah pemantik api gerakan perubahan?

Saat ini, gerakan mahasiswa kedokteran sedang tertatih-tatih. Biaya kuliah di FK yang mahal membuat mahasiswa FK bukan lagi yang terbaik, tapi yang terkaya. Serbuan konsumenarisme dari barat meredupkan rasa tenggang rasa yang merupakan identitas asli bangsa ini. Mereka yang dulunya pemantik kebangkitan bangsa, kini menjadi pintu masuk hedonisme dan apatisme ala barat. Lihat lah berbagai keluhan etika yang dilontarkan pasien kepada para dokter dan dokter muda kita. Tiap tahun 600.000 warga Indonesia memilih berobat keluar negeri dan menyerap devisa sekitar 100 Triliun (walau berbagai aspek yang menyebabkan warga berobat keluar negeri).

ISMKI sebagai wadah yang bertujuan membina mahasiswa kedokteran agar menjadi insan akademis dalam upaya menuju masyarakat adil makmur (AD ISMKI) dan secara kelembagaan di akui oleh IDI dan DIKTI tentu saja memegang tanggung jawab yang sangat besar dalam membangun gerakan mahasiswa kedoktera Indonesia.

ISMKI sangat bertanggung dalam membina karakter mahasiswa kedokteran. Saya memandang pengkaderan di ISMKI seharusnya semakin mendekatkan mahasiswa kedokteran terhadap mirisnya kesehatan dan kebangsaan kita sehingga mendorong untuk terbangunnya kesadaran kritis dan transformatif. ISMKI seharusnya mampu mendekatkan mahasiswa kedokteran kepada rakyat sehingga rasa kepedulian sosial semakin terbangun. Kita bisa melihat, bahwa kemampuan Wahidin cs dalam kebangkitan nasional adalah karena dekatnya mereka dengan rakyat Indonesia sendiri. tetapi apa yang ada di dalam protap pengkaderan ISMKI yang terbaru, sama sekali tidak memperkenalkan bagaimana gerakan mahasiswa berkembang dari masa ke masa dan tidak memperkenalkan realitas kesehetan dan kebangsaan kita sedini mungkin. Makanya jangan heran, akibat bobrok nya pengkaderan mahasiswa kedokteran yang berhasil kawin dengan gempuran konsumenarisme barat menghasilkan embrio mahasiswa kedokteran yang apatis terhadap lembaga kemahasiswaan dan kondisi rakyat Indonesia.

Dalam rapat koordinasi wilayah IV tahun 2012 sempat dikatakan bahwa saat ini ISMKI tidak lebih dari sedang “bermasturbasi.” Bagaimana tidak, dari 7 program kerja nasional ISMKI hanya dua (FMB nasionan dan Baksosnas) yang dianggap untuk membangun masyarakat. Selebihnya (LKMMNAS, RAKORNAS,MUNAS-MUKERNAS, IMO) hanya bertujuan mengembangkan anggota maupun isntitusi ISMKI itu sendiri. ISMKI seharusnya sadar, bahwa konsekuensi logis dari posisinya sebagai mahasiswa adalah untuk bergerak bersama rakyat. Sehingga porsi untuk itu harus lebih di prioritaskan. Misalnya saja, FMB nasional maupun Baksosnas tidak dilakukan hanya sekali, bisa dua hingga tiga kali dalam satu kepengurusan. Dengan begitu, FMB nasional kita dapat lebih berkualitas dan pengawalan isunya pun dapat lebih ketat lagi. Dengan baksosnas yang lebih dari satu kali pun akan lebih memberikan pelayanan kesehatan kepada lebih banyak rakyat Indonesia.

Selain itu, mengingat tujuan ISMKI adalah mengkader dan memperat persatuan mahasiswa kedokteran se Indonesia maka sebaiknya pula prosesi pengkaderan di tubuh ISMKI tidak hanya dilakukan sekali. Dengan kekuatan 70 institusi yang merupakan anggota ISMKI tentu cukup untuk membuat berbagai kegiatan agar tujuan ISMKI yang termaktum dalam konstitusi dapat tercapai secara lebih cepat.

Sesuai dengan hakekatnya sebagai mahasiswa, ISMKI juga harus mampu merespon secara cepat dan terarah berbagai isu kebijakan kesehatan maupun pendidikan profesi. ISMKI juga memiliki BAPIN sehingga jika dimanfaatkan dengan baik, gerakan ISMKI bisa berbasis riset yang matang dan dengan kinerja BPN yang baik maka ISMKI telah memiliki corong hegemoni yang sangat baik pula.

Untuk itu, saya memimpikan ismki sebagai episentrum gerakan mahasiswa kedokteran. Mahasiswa kedokteran yang dlunya adalah pemantik api kebangkitan nasional harus tetap menjaga perannya dan kembali menjadi episentrum. Episentrum adalah kata yang sering digunakan untuk menunjukkan titik pusat gempa, sesuai dengan harapan bahwa ismki mampu kembali menjadi pemantik api kebangkitan nasioal.berarti titik pusat dimana dari titik pusat itu menyebarlah

Kesemua mimpi itu tentu saja hanya bisa terwujud jika ISMKI memiliki nahkoda yang cerdas dan berani. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk ISMKI, demi terwujudnya masyarakat adil makmur di Indonesia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian