Jumat, 08 Maret 2013

Kematian Ustadz

Beberapa tahun belakangan ini, radio kita dipenuhi dengan acara2 motivasi, begitu pula dengan berbagai acara di TV yang diisi dengan acara motivator, sementaa dikampus, seminar-seminar motivasi memenuhi mading-mading kampus. Acara motivasi ni dibawakan dengan sangat elegant dan berbagai teknology yang menarik. Lihat saja Acara Mario Teguh,
dengan sangat powerful dan dengan teknology nya begitu memukau penonton. Sementara begitu banyak mahasiswa dan pekerja yang rela membayar ratusan hingga jutaan rupiah untuk mengikuti berbagai seminar motivasi. Apa yang diajarkan oleh motivator-motivator ulung Indonesia memang begitu berkualitas, bahkan ketika mendengar di Radio ataupun menonton TV , saya pun merasakan dorongan untuk bersikap lebih jujur, ramah dsb nya sesuai dengan arahan sang motivator.

Jika kita melihat, sebelum kelahiran motivator-motivator itu, peran-peran mengingatkan akan perbuatan baik itu sebenarnya telah dilakukan oleh tokoh-tokoh agama, termasuk ustadz (arab : guru) dalam islam. Misalnya saja Motivator itu mengingatkan kita untuk selalu bekerja keras dan bersikap baik dengan orang lain. Pekerja keras dan bersikap baik itu sudah dilakukan oleh Rasulullah dan pada jaman dulu, kebaikan Rasulullah ini disampaikan oleh ustadz. Ustadz lah yang selalu mengingatkan kita untuk terus berjalan di tali agama Tuhan. 

Akantetapi, saat ini, peran-peran ustadz telah diambil oleh motivator-motivator tersebut. Apakah ini menandakan bahwa ustadz telah mati?atau akan segera mati? Mungkin fenomena seperti ini hanya sekedar mengingatkan kita untuk kembali merevitalisasi peran ustadz dalam kehidupan sehari-hari. Ustadz itu bukan tukang lawak. Saat ini, peran ustadz sepertinya terdeviasi menjadi tukang lawak. Olehnya, peran ustadz pun kalah dengan acara stand up comedy, karena tentu Raditya Dika jauh lebih lucu. Juga Sangat prihatin rasanya menonton TV yang ceramah ustadz dikolaborasikan dengan konser musik. Mungkin agak mendingan jika ustadz ceramah dulu baru sang penyanyi tampil. Tapi apa yang disajikan adalah ustadz ceramah, kemudian dipotong dengan penyanyi lalu lanjut ceramah, lalu lanjut nyanyi lagi. Direngah carut-marutnya kehidupan sosial seperti sekarang ini semoga ustadz lah yang mampu menjadi agent of change di tengah masyarakat.  Tuhan itu tidak mati dan tidak akan mati, hanya kita saja yang semakin jauh sehingga tidak meraskan keberadaannya. Olehnya itu, nilai ketuhanan yang sempurna yang melekat pada diri manusia tidak akan mungkin tereliminasi. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan menjamur nya motivator. Tulisan ini pun saya buat bukan lah dengan tujuan untuk mengadundomba motivator dengan ustadz.  Hanya sebuah kegelisahan untuk mendorong peran ustadz menjadi lebih vital.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian